Penulis: Dito Anurogo
Patogenesis acne vulgaris
multifaktorial. Ada empat faktor utama yang bertanggung jawab pada perkembangan
lesi akne:
1.
Hiperproliferasi
epidermis folikuler dengan subsequent plugging
of the follicle.
2.
Kelebihan
sebum (sekresi minyak dari kelenjar
sebaceous; dengan keringat /
perspiration, sebum membasahi atau melembabkan dan melindungi kulit).
3.
Keberadaan
dan aktivitas dari Propionibacterium acnes.
4.
Proses
radang (inflammation).
Follicular epidermal
hyperproliferation adalah peristiwa yang pertama kali dikenal di dalam
perkembangan akne. Penyebab yang mendasari (underlying cause) terjadinya
hiperproliferasi ini belum diketahui. Sampai sekarang, ada tiga hipotesis yang
dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa epitel folikuler menjadi
hyperproliferative pada orang yang berjerawat.
Pertama, hormon androgen terkait
sebagai pemicu awal (initial trigger). Komedo, lesi klinis sebagai hasil dari
follicular plugging, mulai muncul sekitar adrenarche pada orang yang
berjerawat.
Derajat akne komedo pada wanita
sebelum masa pubertas (prepubertal) berhubungan dengan kadar adrenal androgen
dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S) yang bersikulasi. Tambahan pula,
reseptor hormon androgen ada di bagian atau komponen folikel dimana komedo
terbentuk; seseorang dengan reseptor androgen yang tidak berfungsi
(malfunctioning) tidak akan muncul jerawatnya.
Kedua, perubahan komposisi lemak
juga berperan dalam perkembangan jerawat. Orang yang berjerawat seringkali
memiliki produksi sebum yang berlebihan dan kulit yang berminyak. Sebum yang
berlebihan ini dapat mendilusi (mengencerkan) lemak epidermis yang normal
sehingga dapat mengubah konsentrasi relatif dari berbagai lemak. Kadar asam
linoleat (linoleic acid) terbukti rendah pada orang yang berjerawat, dan,
menariknya, kadar ini menjadi normal setelah pemberian isotretinoin yang
sukses. Penurunan relatif asam linoleat ini dapat menginisiasi (memicu) pembentukan
komedo.
Ketiga, proses radang
(inflammation) merupakan salah satu faktor yang dipercaya terlibat di dalam
pembentukan komedo. Interleukin (IL)–1–alpha merupakan proinflammatory cytokine, yang digunakan pada
contoh jaringan (tissue model) untuk menginduksi (memicu) follicular epidermal
hyperproliferation dan pembentukan komedo. Meskipun proses radang tidak nyata
secara mikroskopis atau klinis pada lesi awal jerawat, namun tetap memegang
peranan yang sangat penting di dalam perkembangan acne vulgaris dan komedo
(comedones).
Kelebihan sebum merupakan faktor
penting lainnya di dalam perkembangan acne vulgaris. Ekskresi (pengeluaran) dan
produksi sebum diatur oleh sejumlah hormon dan mediator yang berbeda. Hormon
androgen, dalam keadaan tertentu, menaikkan produksi dan pengeluaran/pelepasan
sebum.
Sebagian besar pria dan wanita dengan jerawat memiliki hormon
androgen yang bersirkulasi dalam tubuh dengan kadar normal. Suatu end-organ
hyperresponsiveness terhadap hormon androgen telah dipercaya sebagai hipotesis
(hypothesized). Hormon androgen bukanlah satu-satunya regulator dari kelenjar
sebaceous manusia.
Banyak agen-agen lainnya,
termasuk hormon pertumbuhan dan
insulinlike growth factor, juga mengatur (regulate) kelenjar sebaceous
dan juga berkontribusi pada perkembangan jerawat.
P. acnes merupakan suatu
organisme microaerophilic yang terdapat
di banyak lesi jerawat. Meskipun, belum terbukti keberadaannya di lesi jerawat
yang paling awal terjadi, microcomedo,
keberadaannya pada lesi-lesi kemudian
hampir dapat dipastikan. Keberadaan P. acnes menaikkan (promote) proses radang
melalui berbagai mekanisme. P.acnes
menstimulasi (merangsang) terjadinya radang dengan memproduksi
mediator-mediator proinflammatory yang menyebar melalui dinding folikel.
Riset terbaru menunjukkan bahwa
P.acnes mengaktifkan toll-like receptor 2 pada monosit dan neutrofil. Aktivasi
toll-like receptor 2 kemudian memacu produksi multiple proinflammatory
cytokines, termasuk IL-12, IL-8, dan tumor necrosis factor. Hipersensitivitas
terhadap P. acnes dapat juga menjelaskan mengapa beberapa orang mengalami
jerawat disertai peradangan (inflammatory acne vulgaris) sementara yang lainnya
tidak.
Peradangan dapat merupakan suatu
fenomena primer atau sekunder. Sebagian besar bukti hingga kini menyarankan
suatu respon peradangan sekunder terhadap P.acnes sebagaimana telah disebutkan
di atas. Bagaimanapun juga, ekspresi IL-1-alpha telah teridentifikasi pada
microcomedone, dan dapat berperan pada perkembangan jerawat.
Penyebab Eksternal Jerawat
Penyebab eksternal acne vulgaris
jarang teridentifikasi.
1.
Beberapa
kosmetik dan minyak rambut (hair pomades) dapat memperburuk akne.
2.
Obat-obatan
pemicu timbulnya akne antara lain: steroid, lithium, beberapa antiepilepsi, dan
iodides.
3.
Congenital
adrenal hyperplasia, polycystic ovary syndrome, dan kelainan endokrin lainnya
(dengan kadar androgen yang berlebihan) dapat memicu perkembangan acne
vulgaris.
4.
Acne
vulgaris dapat juga dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik.
Pencegahan
1.
Diet rendah
lemak dan karbohidrat.
2.
Melakukan
perawatan kulit (tidak hanya wajah) secara rutin dan teratur, misalnya teratur
mencuci muka setelah pulang dari
bepergian.
3.
Hidup
teratur dan seimbang, cukup istirahat, cukup olahraga, hindari stres.
4.
Penggunaan
kosmetika secukupnya dan sewajarnya (baik
jumlah/banyaknya dan lamanya).
5.
Menghindari:
polusi, debu, asap (rokok, pabrik, kendaraan
bermotor, dll.), rokok, minuman keras, semua yang bercitarasa pedas, pemencetan jerawat yang dilakukan oleh
bukan ahlinya.
6.
Mengetahui
dan memahami informasi tentang jerawat dari berbagai literatur.
Demikian artikel mengenai
beberapa penyebab jerawat. Silakan disimak juga Obat
Penghilang Jerawat yang Ampuh.